top of page
Search
Writer's picturetpambr6

Sejarah TPA Masjid Baiturrahman

Updated: Oct 1, 2019


Kelahiran Taman Pendidikan Al-Qur’an Masjid Baiturrahman berangkat dari keprihatinan para pendakwah atas keadaan agama dan sosial yang masih kurang baik di komplek Perum Polri Gowok. Pada tahun 1990’an di Perum Polri banyak kegiatan perjudian, dan perilaku menyimpang lainya. Pada saat ada orang meninggal justru diselingi dengan permainan kartu, Al-Qur’an tereliminasi dan disubordinasikan. Masyarakat belum bisa baca Al-Qur’an/huruf arab. Tadarus Al-Qur’an seolah hanya bagian dari tradisi atau sekedar seremonial pada saat ada orang meninggal.

Dari ikhwal diatas itulah, pada tanggal 25 Juli 1993 pendakwah dan takmir Masjid Baiturrahman seperti KH. Mustari Siradj, Ir. Kamaludin ZA,M,Si.,H. Moh.Amir, dan H. Daerobi merasa terpanggil untuk mendirikan Taman Pendidikan Al-Qu’an, sebuah tempat yang diharapkan mampu menjadi lembaga pendidikan Al-Qur’an dan keagamaan bagi anak-anak muslim. Harapanya untuk memberantas buta huruf Al-Qur’an serta menumbuhkan generasi yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan tempat kembali segala urusan hidupnya.

Dalam perjalanan kelembagaanya, TPA Masjid Baiturrahman mengalami fase naik turun atau ketidakstabilan baik secara kelembagaan, manajemen maupun kegiatanya. Penyebabnya ketidakstabilannya antara lain dikarenakan berganti-gantinya pengurus atau pengelola TPA. Mengingat dari waktu ke waktu pengelolanya biasanya adalah para marbot mahasiswa dan relawan mahasiswa. Sehingga keberlangsungan kepengurusan mereka tidak bisa bertahan lama. Mereka akan selesai mengabdi di TPA jika telah selesai masa studinya di Yogyakarta. Sehingga diantara mereka hanya bisa mengabdi dalam waktu yang pendek. Hal ini berimbas pada sistem TPA yang dibangun dengan apa adanya, sederhana, dan tidak berkelanjutan.

Dari segi nama lembaga, TPA ini beberapa kali mengalami perubahan. Hal ini mungkin terjadi karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang diperoleh pengurus TPA ataupun takmir Masjid Baiturrahman. Pada awalnya berdirinya TPA ini bernama “TPA Baiturrahman” kemudian pernah berubah dengan nama “TPA Masjid Baiturrahman Ceria” yang disingkat dengan nama TPA MBR Ceria. Lalu pada tahun berikutnya berganti dengan nama “TPA Ceria Masjid Baiturrahman” yang disingkat dengan nama TPA Ceria MBR.

Salah satu prestasi kelembagaan terbaik TPA MBR yaitu pada masa Direkturnya Mei Khanza tahun 2011-2012. Dimana lembaga mendapatkan akreditasi “A” pada tanggal 12 Mei 2012 oleh Badko TKA-TPA DIY. Namun sangat disayangkan di tahun 2012 itu pula terdapat konflik atau kesalahpahaman yang menyebabkan kepengurusan TPA saat itu bubar. Konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman, sikap dan komunikasi yang kurang baik antara pengurus TPA, takmir harian/marbot, kos masjid, serta pengurus takmir masjid ini secara langsung berimbas pada kelangsungan TPA. Dengan bubarnya pengurus dan guru TPA, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem TPA bubar. Bahkan seperti berkas-berkas administrasi TPA juga hilang dan tidak terurus. Sehingga pengelolaan dan kegiatan TPA beberapa waktu akhirnya fakum. Kepercayaan dari wali santri dan masyakarakat terhadap TPA turun dengan adanya karena konflik itu. Santri tidak lagi ke TPA, dikarenakan tidak ada guru yang mengajar.

Hingga pada tahun 2013 kegiatan TPA mencoba kembali dihidupkan. Saat itu, Direkturnya Ust. Syarqim Mahfudz, dengan dibantu oleh Imam Syafi’i dan Nasri Kurniallah yang merupakan pengurus TPA masa sebelumnya yang masih bertahan di masjid. Mereka dengan beberapa guru yang ada, mengajak kembali santri untuk mengaji di TPA. Saat itu hal utama yang dipikirkan adalah TPA diaktifkan kembali sehingga santri bisa mengaji. TPA saat itu berjalan apa adanya dengan sistem yang sederhana.

Pada tahun 2016/2017 saat direkturnya Ma’ruf Putra Subekti, mulai diurus administrasi kelembagaanya. Ditetapkan melalui piagam pendirian TPA Kementerian Agama Kabupaten Sleman dengan nomor: Kd.12.04/3/PP.007/4709.1.37/2015 dan piagam syukur melalui Lembaga Pendidikan Tahsinul Qur’an Angkatan Masjid Mushola ( LPTQ AMM) dengan nomor: 071.04/PS.YTT.AMM/IV/2017, TPA ini ditetapkan dengan nama “TPA Masjid Baiturrahman”.

Pada tahun 2017/2018, mulailah direformasi untuk mengelola sistem TKA-TPA yang sesuai standar Badko TKA-TPA DIY (Badan Koordinasi Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an dan Taman Pendidikan Al-Qur’an Daerah Istimewa Yogyakarta). Langkah awal yang dilakukan yaitu menjalin komunikasi dengan Badko TKA-TPA Kecamatan Depok (Badan Koordinasi TKA-TPA Kecamatan Depok) serta LPTQ AMM Kota Gede (Lembaga Pendidikan Tahsinul Qur’an team tadarus Angkatan Masjid Mushola).

Mulailah pada tahun 2018/2019 dibentuk visi, misi, motto, tata tertib santri dan guru, SOP perekretuan guru, SOP penerimaan santri, manajemen keuangan, adminitrasi/tata usaha, dan kurikulum. Kurikulum dirombak total mulai dari target pendidikan, lama pendidikan, penentuan jenjang/kelas, buku materi, target pembelajaran, hari KBM menjadi 5 hari dari yang awalnya 3 hari, dan penggunakan metode KibAr pengganti dari metode Iqro’.

Kemudian pada tahun ajaran 2019/2020 mulai disempurkan sistem yang ada. Hal ini tidak lain agar TKA-TPA Masjid Baiturrahman tidak hanya sekedar datang untuk mengaji dengan sistem yang apa adanya. Tetapi harus tersistem, terstruktur, dan berkelanjutan. Sehingga tidak sekedar memberantas buta baca dan tulis huruf Al-Qur’an saja, tetapi juga menjadi lembaga pendidikan yang bisa mendidik dan membentuk generasi yang berakhlak karimah, mahir qur’an, berilmu luas, dan beramal sholeh.

Sampai kapanpun dakwah kepada anak-anak melalui TKA-TPA harus terus digalakan, ditumbuhkan dan dikembangkan. Sehingga ruh dan nilai-nilai sistem pengelolaan yang sudah ada harus terus dikembangkan jangan sampai mengalami kemunduran. Semoga kedepannya TKA-TPA Masjid Baiturrahman semakin lebih baik dalam mewujudkan generasi Qur’ani. Yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap Al-Qur’an sebagi sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap Al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandunganya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkanya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. Generasi yang seperti inilah yang akan dibutuhkan oleh zaman kapan pun dan dimana pun, yang berperan dalam berdakwah, memecahkan dan menyelsaikan problematika umat, agama dan bangsa.

243 views0 comments

Recent Posts

See All

Commentaires


Post: Blog2_Post
bottom of page